C. Maryam binti Imran
Maryam binti Imran dilukiskan oleh AI-Quran sebagai perempuan suci. Waktunya dipenuhi dengan dzikir dan ibadah kepada Allah. Begitu dekatnya Maryam dengan Allah SWT, sehingga makanan diberikan ke dalam mihrabnya dari langit. Karena kesuciannya, Allah SWT menganugerahkan kepadanya Nabi Isa a.s., seorang manusia yang mulia di dunia dan akhirat.
Maryam dibesarkan dalam sebuah keluarga yang taat beragama, di sebuah rumah yang diliputi suasana Islami, dan di tengah masyarakat yang taat. Ayahnya bernama Imran, tokoh Bani Israil. Sedangkan ibunya bernama Hannah binti Faqud. Ketika Hannah sedang mengandung Maryam, Imran meninggal dunia.
Maryam terlahir sebagai perempuan yatim. Karena tidak memiliki ayah, Hannah menyerahkan Maryam kepada Nabi Zakaria a.s. untuk mendapatkan pengasuhan yang terbaik. Di bawah pengasuhan Nabi Zakaria, Maryam tumbuh menjadi perempuan yang baik dalam perawakan, kecantikan, kecerdasan, adab, akhlak, hidayah, dan keimanan kepada Allah SWT.
Maryam mengisi seluruh waktunya dengan beribadah kepada Allah SWT, sehingga ia disebut Maryam AI-Batui, yaitu Maryam yang meninggalkan kehidupan duniawi untuk beribadah kepada Allah SWT. Karena dekatnya dengan Allah SWT, Maryam diberi banyak keistimewaan (karamah) yang tiada bandingannya. Suatu hari, Maryam sedang berada di tempat ibadah, dan Zakaria a.s. meninggalkannya. Tiba-tiba buah-buahan diturunkan kepadanya dari langit. Buah-buahan itu bukan yang biasa, melainkan buah-buahan musim panas yang tumbuh pada musim dingin dan buahbuahan musim dingin yang tumbuh pada musim panas.
Kejadian tersebut tidak hanya satu atau dua kali, tetapi berkali-kali, karamah demi karamah. Hal ini sebagaimana di-jelaskan Allah SWT dalam firman-Nya, "Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata, "Wahai Maryam, dari mana ini kamu peroleh?" Dia (Maryam) menjawab, "itu dari Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan." (QS. Ali-Imran [3]: 37).
Maryam mengetahui bahwa pemberi rezeki itu adaIah Allah SWT. Semakin banyak karamah-nya, semakin besar pengakuan Maryam terhadap kenikmatan itu dan semakin besar tekadnya untuk mendekat kepada Tuhan Yang Memberi Nikmat. Oleh karena itu, setiap kali memperoleh rezeki, Maryam berkata, "Semua ini berasal dari Allah SWT. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa perhitungan."
Maryam adalah perempuan yang taat, taat beribadah serta rajin bersujud dan ruku, sehingga ada yang mengatakan bahwa ia selalu tenang di mihrab-nya sambil ruku, sujud, dan berdiri hingga cairan berwarna kuning keluar dari matanya. Yahya bin Abi Katsir berkata, "Maryam terus bersujud hingga cairan berwarna kuning keluar dari matanya."
Dalam ibadah, Maryam telah mencapai tingkatan shiddiqin, yakni puncak keikhlasan dan ketulusan, serta muraqabah (selalu merasa diawasi oleh Allah SWT) yang sempurna. Ibadah kepada Tuhannya telah menyebabkan Maryam lupa untuk menikah, dan karenanya ia diberi julukan Maryam AIAdzra (Maryam Perawan Suci).
Setelah mencapai tingkat peribadatan dan ketakwaan yang tinggi, keimanannya terus bertambah dan mengungguli seluruh perempuan Bani Israil dalam ketaatan dan pengetahuan. Allah SWT memilihnya atas seluruh perempuan Bani Israil. Bahkan seorang ulama mengatakan bahwa Maryam adalah pemuka kaum perempuan dan pemuka kaum perempuan di surga. Allah SWT berfirman, "Dan (ingatlah), ketika Malaikat (Jibril) berkata, "Dan (ingatlah) ketika para malaikat berkata, Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu); Wahai Maryam, taatilah Tuhanmu, sujud dan rukulah bersama orang-orang yang ruku." (QS. Ali-Imran [3]: 42-43).
Jika seseorang telah mencapai tingkatan keimanan yang tinggi, ia akan mendapatkan ujian-ujian yang berat. Demikian juga Maryam, ketika telah mencapai tingkat keimanan dan ketakwaan yang tinggi, ia pun menghadapi ujian dari Allah SWT.
Suatu ketika, Malaikat Jibril mendatangi Maryam. Ia memberikan kabar gembira kepada Maryam bahwa Allah SWT akan memberikan seorang anak laki-laki yang suci kepadanya. Namun Maryam tidak percaya begitu saja. Maryam bertanya, "Bagaimana aku akan mempunyai anak, sedangkan aku masih perawan dan belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun, dan aku juga tidak pernah melakukan perzinaan?" Malaikat Jibril menjawab, "Hal itu mudah saja bagi Allah."
Kemudian Malaikat Jibril meniupkan ruh kepada rahim Maryam. Setelah Jibril menghilang, Maryam mulai merasakan sakit dan perutnya membuncit seperti orang hamil. Semakin lama semakin besar, dan tiba-tiba Maryam merasa kesakitan akibat kehamilannya, sehingga memaksanya ber-sandar pada pohon kurma. Di tempat itulah Maryam mela-hirkan seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Isa.
Ketika melihat Maryam hamil dan melahirkan anak, sedangkan ia tidak pernah menikah maka spontan saja kaum Bani Israil menuduh Maryam dengan tuduhan yang keji. Mereka menuduh Maryam telah berzina dengan seorang laki-laki yang shaleh, ahli ibadah, dan jujur, yaitu yusuf AI-Nujjar. Bahkan Bani Israil marah besar dan menghina Maryam sebagai perempuan munafik, sebab ia adalah pemuka kaum ahli ibadah, putri imam shalat mereka, belum pernah menikah, dan tidak pernah terdengar bahwa ia telah berduaan dengan seorang laki-laki. Tapi tiba-tiba saja ia hamil dan melahirkan anak.
Mendengar tuduhan mereka itu, Maryam diam saja dan ia bernadzar untuk berpuasa dari berkata selama tiga hari. Melihat hal ini, orang-orang Bani Israil semakin marah. Sebab bagi mereka, sikap diam Maryam itu merupakan penghinaan kepada mereka.
Kemudian mereka mendesak Maryam untuk menjelaskan siapa yang menghamilinya? Dalam kondisi terdesak, Maryam menunjuk kepada anaknya yang masih bayi, Isa a.s., sambil berkata, "Tanyalah kepada dia?" Mereka berkata, "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?"
Dengan kuasa Allah, Isa a.s. yang masih bayi itu bisa berbicara dan menjelaskan bahwa ibunya hamil bukan karena berzina, dan ibunya adalah perempuan yang bertakwa, sedangkan kehamilannya merupakan ujian bagi ketakwaannya yang tinggi. Kemudian Isa a.s. berkata, "Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku nabi; dan Dia menjadikan aku orang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong Jagi celaka; dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." (QS. Maryam [19]: 30-33).
Akhirnya kaum Bani Israil sepakat untuk menyatakan bahwa Maryam adalah perempuan suci dan tidak berdosa.
A. Asiyah binti Muzahin
B. Siti Masyithah
Sumber :